Pembangunan
properti jenis superblok bisa menjadi alternatif solusi mengatasi keterbatasan
lahan. Di Indonesia, beberapa pengembang sudah melakukan ekspansi bisnis dengan
membangun superblok dan terus berkembang hingga daerah – daerah di luar Pulau
Jawa.
Pembangunan kawasan
superblok di Jakarta dan Pulau Jawa, hingga saat ini belum ada yang sepenuhnya
selesai. Namun para pengembang properti sudah mulai latah membangun kawasan
terintegrasi tersebut di berbagai daerah diluar Pulau Jawa. Selain karena ada
potensi pasar, alasan lainnya pasar properti di Pulau Jawa mulai sesak. Tinggal
dikaawasan superblok memang menjadi pilihan utama masyarakat urban dewasa ini.
Penghuni superblok
akan mendapatkan keunggulan dalam hal lingkungan tinggal yang lebih tinggi
daripada area hunian sekitarnya dan fasilitas – fasilitas yang lebih
lengkapdengan hanya berjalan kaki saja. Disamping Jakarta, tren potensi
pengembangan kawasan tersebut akan dimulai dari kota – kota besar, seperti
Surabaya, Medan, Batam, dan Palembang.
Sementara untuk
kawasan timur Indonesia pertumbuhan kawasan Makasar dan Menado juga menjadi
peluang bagi pengembang kawasan terpadu.Menurut Kepala Riset Jones Lang
Lasalle, Anton Sitorus, selain karena menjawab kebitihan pasar, kemunculan
superblok di daerah terjadi karena proyek superblok di Jakarta dan di Jawa
sudah padat. “Investasi di Jakarta jadi terlihat kurang menguntungkan,”
katanya. Akhirnya, lanjut dia, para pengembang mencari daerah yang dianggap
punya potensi sebagai pusat Bisnis.
Misalnya, daerah
dengan potensi sumber daya alam besar seperti Pekanbaru yang kaya akan minyak
atau Pulau Bali yang memiliki potensi wisata yang besar. Beberapa daerah
lainnya seperti Medan, Palembang, Balikpapan, Pontianak, Makasar, kini juga
menjadi target para pengembang.
“ Mereka bis
menjadi yang pertama di daerah tersebut, persaingannya jadi tidak ada,” ungkap
Anton. Biasanya sebelum berinvestasi, tutur dia, pengembang akan melihat dua
faktor, Pertama, faktor keuntungan dari proyek. Kedua, Capital gain atau potensi keuntungan bila
properti tersebut nantinya dijual kembali, juga harus tinggi.
“Patokannya,
keuntungan harus lebih tinggi dari bunga Bank.” Ujar Anton. Di Medan, Sumatra
Utara misalnya , Agung Podomoro City Deli Medan. APL siap mengincar pasar Medan
yang tercatat sangat potensiaal. Sejatinya, ditengah ekonomi yang kurang
bergairah sejak akhir 2013, daerah menjadi market yang begitu menjanjikan bagi
para pelaku bisnis properti.
Medan salah
satunya, persisnya ketika Bandara Kuala Namu sudah dioperasikan disana. Matius
Yusuf, Direktur Marketing Podomoro City Deli Medan, mengungkapkan pihaknya
memilih wilayah Medan karena daerah ini merupakan pintu gerbang masuk Sumatra.
Pertumbuhan ekonomi di Medan pun di atas rata-rata. Itu sebabnya, medan menjadi
kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya.
Sementara itu, di
Makasar, Sulawesi Selatan, telah hadir St. Moritz Makasar, proyek world class
mixed use development yang mengusung konsep All in One Placeyang dikembangkan
oleh Pt. Lippo Karawaci Tbk di jalan Boulevard, Panakukang, Makasar. Bahkan
baru – baru ini megaproyek ini meraih dua penghargaan sekaligus dalam ajang Top
Property Award 2016 yang diselenggarakan oleh Frontier Counsulting Group dan
Majalah Property – In.
St. Moritz Makasar
mendapatkan penghargaan sebagai kawasan terbaik kategori superblok prestisius
dan terkemuka yang dibangun di Makasar. Adapun penghargaan kedua merupakan
apresiasi yang tinggi terhadap menara apartemen St. Moritz Makasar sebagai
menara apartemen yang menyajikan fasilitas lengkap dan sesuai dengan kebutuhan
gaya hidup modern dengan standart kualitas Internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar